tag:blogger.com,1999:blog-81040615926421267862024-03-28T20:28:49.373-07:00Mengelola Keuangan KeluargaSupangat Abdurrafihttp://www.blogger.com/profile/13317467374127558663noreply@blogger.comBlogger9125tag:blogger.com,1999:blog-8104061592642126786.post-60405924196361654412023-08-01T23:37:00.001-07:002023-08-01T23:42:33.199-07:00Asuransi itu bukan produk bank<p>Masih ingat kasus asuransi yang ( dipandang ) gagal bayar ? Waktu itu para nasabahnya mengaku bahwa mereka membeli produk itu karena yang menawari mereka untuk membeli adalah pegawai bank. Dan kelihatannya mereka mengira bahwa itu adalah produk perbankan. Padahal aslinya adalah produk dari perusahaan asuransi yang dijual melalui channel perbankan. Biasanya disebut dengan istilah <b><i>bank assurance</i></b>. Ya, aslinya adalah produk perusahaan asuransi. Lalu mengapa yang menawari nasabah itu pegawai bank ? Nah, dalam hal ini yang terjadi sebenarnya adalah bahwa pihak bank berperan sebagai agen penjual. </p><p><br /></p><p>Dua model <b><i>bank assuarnce</i></b>:</p><p><i style="background-color: #9fc5e8;"><b>1)<span> </span> Pihak bank berperan sebagai agen penjual</b></i></p><blockquote style="border: none; margin: 0px 0px 0px 40px; padding: 0px;"><p style="text-align: left;"><span>Dalam hal ini pihak bank memperoleh pendapatan berupa komisi penjualan.</span></p></blockquote><p><span><i style="background-color: #9fc5e8;"><b>2) <span> </span>Pihak bank sebagai penyedia tempat</b></i></span></p><blockquote style="border: none; margin: 0px 0px 0px 40px; padding: 0px;"><p style="text-align: left;"><span><span>Maksudnya adalah bahwa pihak bank menyediakan tempat yang disewakan kepada pihak asuransi. Dan pihak asuransi menempatkan pegawainya sendiri untuk berjaga di bank tersebut. Nah, dalam hal ini pendapatan yang diperoleh oleh pihak bank bukanlah dari komisi penjualan, melainkan dari uang sewa tempat.</span></span></p></blockquote><p><span><span><br /></span></span></p><p><span><span>Nah, ketika posisi pihak bank yang hanya sebagai agen penjual maka apabila ada permasalahan antara nasabah dengan perusahaan asuransi menyebabkan pihak bank tidak bisa dituntut apa-apa. Terlebih lagi ketika pihak bank hanya sebagai penyedia tempat sewaan. Nah, hal seperti ini rupanya jarang dipahami oleh pihak nasabah sehingga pihak nasabah menuntut pertanggunjawaban dari pihak bank, lalu ketika ternyata pihak bank tidak bisa dimintai pertanggungjawaban apa-apa lalu nasabah menyalahkan pihak bank. Padahal pihak bank tidak punya salah apa-apa. Pihak bank sebagai agen penjual itu tanggung jawabnya sudah selesai ketika polis sudah diterima oleh nasabah. Urusan selanjutnya adalah urusan nasabah dengan perusahaan asuransi terkait. Namun demikian, biasanya pihak bank ( agen penjual ) akan berusaha membantu nasabah sebisa mungkin sebagai layanan tambahan. Mengapa agen penjual memberikan layanan tambahan ? Karena dia membutuhkan hubungan bisnis jangka panjang. Tapi ini sifatnya layanan tambahan. Tidak bisa dituntut, tidak bisa diharuskan oleh nasabah.. Nasabah tidak bisa menyuruh-nyuruh agen untuk memberikan layanan tambahan. Apakah ada agen penjual yang tidak mau memberikan layanan tambahan ? Sepertinya sih tidah ada. Yang ada justru biasanya mereka berlomba-lomba memberikan layanan tambahan supaya volume bisnisnya meningkat dan berkelanjutan.</span></span></p>Supangat Abdurrafihttp://www.blogger.com/profile/13317467374127558663noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8104061592642126786.post-47376446413000155912020-04-22T03:48:00.001-07:002020-04-22T03:51:25.934-07:00Tidak butuh tapi perlu memiliki asuransi jiwa<div style="text-align: justify;">
<i><span style="font-family: inherit;">Oleh: Supangat Abdurrafi</span></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kalau anda berkonsultasi kepada konsultan keuangan, atau membaca artikel-artikel tentang asuransi, ataupun menonton video tentang kebutuhan asuransi jiwa, mungkin anda akan mendapati adanya nasihat bahwa bagi yang tidak / belum mempunyai tanggungan maka tidak membutuhkan asuransi jiwa. Mengapa demikian ? Karena kalaupun anda tiba saatnya dipanggil menghadap Yang Mahakuasa alias meninggal, tidak ada pihak manapun yang kebutuhan ekonominya terganggu. Betul ? Yes, 100% benar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu kapankah seseorang itu membutuhkan asuransi jiwa ? Yaitu jika dua syarat ini melekat padanya:</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Mempunyai penghasilan</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Mempunyai tanggungan ( orang yang tergantung secara finansial kepadanya )</div>
<div style="text-align: justify;">
Jika kedua syarat itu tidak melekat padanya maka tidak membutuhkan asuransi jiwa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nah, pertanyaannya sekarang adalah,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-size: large;"><i><span style="color: #20124d;">"Ketika seseorang yang tadinya tidak mempunyai tanggungan lalu tiba saatnya mempunyai tanggungan dan mau membeli asuransi jiwa, apakah ada jaminan bahwa orang tersebut masih bisa diterima oleh perusahaan asuransi jiwa ?"</span></i></span></b></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-weight: bold;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
Di sinilah persoalannya. Kita perlu menyadari bahwa selain risiko meninggal, manusia juga dihadapkan pada risiko sakit dan / atau kecelakaan. Kedua risiko itu tidak ada yang bisa menduga, apakah akan mengenainya atau tidak. Demikian juga dengan waktunya; tidak ada yang bisa menduga kapan akan mengalami sakit.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mari kita ambil sebuah ilustrasi. Misalkan ada anak muda bernama Sudiro ( bukan sebenarnya ). Usianya 25 tahun, bekerja di salah satu perusahaan mapan, dengan penghasilan yang lumayan. Dia masih single dan tidak ada orang yang tergantung kepadanya secara finansial. Karena konsultan keuangannya mengatakan bahwa ia tidak membutuhkan asuransi jiwa, maka ia pun tidak membeli asuransi jiwa. Karena penghasilannya lumayan dan tidak punya tanggungan, ia pun menikmati masa mudanya itu dengan hal-hal yang berbau kebebasan. Dia sibuk berkarir dan pesta sana pesta sini. Lalu di usia 35 tahun dia menikah. Lalu dia menyadari bahwa dia membutuhkan asuransi jiwa. Ia pun menghubungi agen asuransi yang dia kenal. Namun sayangnya, sehari sebelum bertemu dengan agen tersebuit, ia jatuh di kamar mandi. Dan setelah dibawa ke rumah sakit ternyata kesimpulannya dia kena stroke. Dan perusahaan asuransi tidak bisa menerimanya sebagai nasabah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Para pembaca yang budiman; berdasarkan ilustrasi di atas maka dapat kita tarik kesimpulan "sebaiknya memiliki asuransi jiwa itu dimulai sejak belum membutuhkannya. Karena pada saat membutuhkannya bisa jadi sudah terlambat". Seperti orang sedia payung sebelum hujan. Jangan setelah hujan tiba baru sibuk mencari payung. Milikilah / sediakanlah payung sebelum hujan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<b><i><a href="http://lifeinsurance.web.id/articles/protection.html" target="_blank">"Milikah asuransi jiwa sebelum anda membutuhkannya."</a></i></b></div>
Supangat Abdurrafihttp://www.blogger.com/profile/13317467374127558663noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8104061592642126786.post-39069916848156451622016-02-26T01:21:00.002-08:002023-12-11T19:55:35.880-08:00"Hidup untuk makan" ataukah "Makan untuk hidup"<div style="text-align: justify;">
<i>Oleh: Supangat Abdurrafi</i><br />
<i><br /></i>
Ada orang yang berprinsip "Nikmatilah apa yang anda bisa nikmati, selagi ada". Orang seperti ini sangat konsumtif. Ia sangat senang untuk pergi makan di tempat-tempat yang mahal, selagi punya uangnya. Ia pun sangat senang mengajak anak-anaknya untuk makan di tempat yang mahal, berganti-ganti tempat, meskipun uangnya pas-pasan. Ia berprinsip, setidaknya pernah merasakan makan di tempat begitu, sehingga ketika ada orang bercerita mengenai makanan di tempat begitu ia pun tidak asing, dan merasa bisa mengimbangi. Bukan hanya makanan dan tempat makan, ia pun melalukan begitu untuk tempat-tempat wisata. Itu ia ajarkan pula ke anak-anaknya, supaya anak-anaknya tidak dianggap "kuper" ( kurang pergaulan ). Dengan demikian ia merasa tidak kalah dengan orang-orang kaya yang uangnya berlimpah. Meskipun ada perbedaan yang sangat jelas, karena orang-orang kaya itu uangnya berlimpah, sedangkan ia ( orang model ini ) biasanya saldo tabungannya dekat-dekat dengan saldo minimal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hati-hatilah dengan prinsip seperti itu. Karena, ketika anda mulai menggunakan prinsip itu, maka hal itu juga akan mulai tertanam ke alam bawah sadar anda. Anda akan cenderung membelanjakan uang anda ketika ada uang di tangan. Ketika tidak ada uang di tangan, bisa jadi pikiran anda akan melayang, mencari-cari, "Siapa nih yang bisa nraktir jalan-jalan / makan-makan." Anda akan menjadi sangat konsumtif. Dan itu akan menjadi karakter, bisa terbawa sampai tua.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya mempunyai cerita yang lain lagi. Ada teman saya, kalau ke kantor biasanya membawa bekal untuk makan siang. Saya sering berdiskusi dengan beliau. Usianya lumayan di atas saya, dan saya juga menganggap beliau sebagai guru saya; guru kehidupan. Pengalaman hidupnya yang banyak, karakternya yang bagus, membuat saya bisa memetik banyak pelajaran dari beliau. Satu catatan sederhana mengenai beliau adalah bahwa beliau suka berhemat. Beliau kalau makan tidak pernah serakah. Beliau pernah bilang kepada saya, mengapa beliau suka berhemat. Katanya, dengan berhemat berarti kita bisa mempunyai sisa. Kalau kita punya sisa, berarti kita bisa membantu orang lain. Dari sisa-sisa penghematan kita, lama-lama akan terkumpul, dan mungkin suatu hari akan ada yang membutuhkan. Paling tidak ya keluarga sendiri, mungkin anak kita, atau mungkin juga cucu kita. Sungguh sangat mengharukan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kedua karakter di atas adalah nyata. Kita bisa menjumpai keduanya di lingkungan kita. Kalau anda amati teman-teman anda, atau orang-orang dekat anda, saya yakin anda akan menemukan bahwa keduanya itu ada.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kalau kita menggunakan perumpamaan, saya mengumpamakan yang model pertama itu seperti "Hidup untuk makan", dan yang model kedua itu "Makan untuk hidup".</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nah, saya tidak tahu, anda termasuk yang mana, atau mirip yang mana. Namun kalau saya yang memberikan penilaian, maka saya katakan bahwa yang kedua adalah yang lebih bagus. Jadi kalau ada yang masih lebih dekat dengan model pertama, ada baiknya segera bergeser ke model yang kedua. Anda tidak akan terhina hanya karena berhemat. Harga diri anda tidak akan jatuh hanya karena menjadi pendengar yang baik saat teman-teman anda bercerita mengenai liburan mereka. Dan, paling tidak, anda sudah termasuk golongan yang peduli dengan orang lain. ***</div>
Supangat Abdurrafihttp://www.blogger.com/profile/13317467374127558663noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-8104061592642126786.post-79031798417895882352012-12-15T21:58:00.000-08:002013-02-28T07:57:33.898-08:00Beli mobil dulu, atau investasi<div style="text-align: justify;">
Robert T. Kiyosaki -- penulis buku RICH DAD POOR DAD dan CASHFLOW QUADRANT -- menjelaskan definisi yang sangat jelas mengenai ASSET dan LIABILITY ( HARTA dan KEWAJIBAN ). Definisinya sangat sederhana. Dia mengatakan bahwa ASET adalah sesatu yang memasukkan uang ke kantong anda; sedangkan LIABILITY adalah sesuatu yang mengambil uang dari kantong anda. Dia menegaskan, "Jangan menggunakan definisi yang dipakai oleh para akuntan." Mengapa ? Karena kalau anda menggunakan definisi mereka, maka berarti bahwa anda harus selalu memasukkan mobil ke dalam kolom ASSET. Bukankah memang benar bahwa mobil itu merupakan ASSET ? Robert Kiyosaki mengatakan, bukan begitu caranya. Lalu ? Nah, caranya adalah: periksa dulu apakah mobil tersebut memasukkan uang ke kantong anda ataukah justru mengeluarkan uang dari kantong anda. Kalau mobil itu hanya menggerogoti uang yang ada di kantong anda, entah itu untuk bensin, oli, spare part, atau untuk perawatan lain-lainnya, maka berarti mobil itu adalah LIABILITY, bukan ASSET. Namun kalau mobil itu banyak menghasilkan uang untuk anda, maka berarti mobil itu adalah ASSET.</div>
Supangat Abdurrafihttp://www.blogger.com/profile/13317467374127558663noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8104061592642126786.post-39279877818651884592009-07-03T08:29:00.000-07:002015-01-23T20:44:13.066-08:00Pahami Formula 3 - 3 - 3 Agar Sejahtera Dan Aman<div align="justify">
Apakah yang saya maksud dengan formula 3 - 3 - 3 ?<br />
Formula 3 - 3 - 3 itu terdiri dari 3 bagian, masing-masing dari bagian itu mengandung 3 hal.<br />
<br />
<strong><span style="font-size: 130%;">Tiga yang pertama</span></strong> adalah bahwa di dalam hidup ini ada 3 tujuan utama yang mestinya dimiliki oleh setiap orang dalam program finansialnya, yaitu<br />
<span style="color: red;"><strong>1) Pendidikan anak</strong></span><br />
Anak adalah titipan dari yang Mahakuasa yang dipercayakan kepada kita. Nah, salah satu kewajiban kita sebagai orang tuanya adalah mendidik anak tersebut. Dan di zaman seperti sekarang ini ternyata tidaklah cukup jika kita hanya mendidiknya secara pribadi dengan kemampuan kita sendiri. Kita perlu memberikan pendidikan yang lain yang kita tidak mungkin memberikannya sendiri. Artinya perlu melibatkan pihak lain, apakah itu sekolah, pesantren, padepokan, atau apapun namanya. Dan ternyata semuanya itu membutuhkan biaya, yang biasanya tidak sedikit. Bahkan untuk mempersiapkan anak-anak kita menghadapi persaingan yang semakin ketat, maka kita perlu memasukkan anak-anak kita itu ke lembaga pendidikan yang sangat bagus kualitasnya. Bahkan tidak jarang orang memasukkan anak-anaknya ke lembaga pendidikan di luar negeri.<br />
<br />
Kalau kita mau merenung sejenak, betapa hebatnya orang tua kita karena mereka telah berjuang memberikan pendidikan kepada kita di tengah-tengah kehidupan yang menuntut perjuangan keras. Nah, apakah kita sudah menyiapkan dana pendidikan yang memadai untuk anak-anak kita ? Apakah kita yakin bahwa yang kita siapkan sudah cukup untuk membiayai pendidikan mereka ? Kalau belum, berarti kita harus menyiapkannya dengan segera. Kalau anda sudah menyiapkannya, jangan lupa untuk mengevaluasinya secara berkala, apakah masih relevan ataukah perlu penyesuaian lagi.<br />
<br />
<span style="color: red;"><strong>2) Dana Hari Tua</strong></span><br />
Hal kedua yang perlu kita persiapkan juga adalah dana pensiun. Ini merupakan persiapan untuk menghadapi hari depan jika kita diberi panjang umur. Sebisa mungkin, janganlah menjadi beban anak cucu, apalagi beban pihak lain.<br />
<br />
Ada orang yang berpikir bahwa karena kita telah membiayai anak-anak kita sehingga mereka berhasil maka pada giliran berikutnya adalah kita yang dibiayai oleh mereka. Dengan kata lain adalah bahwa dulu menabur, maka sekarang adalah saatnya untuk menuai. Nah, jangan lupa, anak-anak kita itu mempunyai pasangan hidup. Mereka mempunyai tanggung jawab kepada pihak lain juga; sehingga, tentunya sebagai orang tua yang bijak kita tidak boleh berpikiran seperti itu. Yang perlu kita pikirkan adalah justru membantu mereka mendidik anak-anak mereka, yaitu cucu-cucu kita. Oleh karena itu penting sekali bagi kita untuk menyediakan biaya hidup kita sendiri, termasuk biaya hidup ketika usia kita sudah lanjut. </div>
<br />
<div align="justify">
<span style="color: red;"><strong>3) Warisan</strong></span></div>
<div align="justify">
Warisan ini adalah peninggalan untuk keluarga kita jika kelak kita harus pergi untuk selamanya alias pulang menghadap yang Mahakuasa.</div>
<br />
<div align="justify">
Mengapa kita perlu meninggalkan warisan untuk keluarga ? Kita perlu menyadari bahwa kita tidak pernah tahu kapan akan dipanggil menghadap Yang Mahakuasa untuk pulang selamanya. Oleh karena itu juga kita tidak tahu apakah pada saat kita dipanggil itu anak-anak kita sudah dewasa dan mampu mandiri atau belum. Jadi alangkah baiknya bila kita telah mempersiapkan jaminan biaya hidup yang layak untuk mereka, agar mereka bisa menjalani kehidupan dengan lebih baik.</div>
<div align="justify">
</div>
<div align="justify">
</div>
<div align="justify">
</div>
<div align="justify">
</div>
<div align="justify">
</div>
<div align="justify">
<span style="color: black; font-size: 130%;"><strong><br />Tiga yang kedua</strong></span> adalah bahwa dalam hidup ini ada 3 risiko utama yang dapat menghalangi anda dalam mewujudkan 3 tujuan utama anda. Ketiga risiko itu adalah:</div>
<div align="justify">
<strong><span style="color: #ff9900;">1) Sakit berat atau sakit berkepanjangan</span></strong></div>
<div align="justify">
Sakit berat biasanya membutuhkan biaya yang besar untuk pengobatannya. Demikian juga dengan sakit yang berkepanjangan. Dan yang lebih menyedihkan adalah bahwa sakit tersebut juga biasanya menjadi hambatan untuk berkarya. Berarti menyebabkan terganggunya pendapatan. </div>
<div align="justify">
</div>
<div align="justify">
<strong><span style="color: #ff9900;">2) Cacat total permanen</span></strong></div>
<div align="justify">
Kondisi cacat ini juga biasanya menimbulkan gangguan terhadap pendapatan karena kemampuan berkarya orang yang bersangkutan biasanya berkurang.</div>
<div align="justify">
</div>
<div align="justify">
<strong><span style="color: #ff9900;">3) Meninggal</span></strong></div>
<div align="justify">
Jika seseorang meninggal, biasanya pendapatannya juga ikut meninggal; maksudnya tidak bisa menghasilkan pendapatan lagi. Dan ini juga merupakan gangguan atau hambatan bagi upaya pencapaian 3 tujuan utama di atas.</div>
<div align="justify">
</div>
<div align="justify">
<br />
Itulah 3 hal yang bisa mengganggu, menghalangi, atau menghambat upaya anda untuk mencapai 3 tujuan utama. Oleh karena itu penting sekali bagi kita untuk melakukan langkah-langkah antisipasi, agar 3 tujuan utama kita bisa tercapai.</div>
<div align="justify">
</div>
<div align="justify">
</div>
<div align="justify">
</div>
<div align="justify">
</div>
<div align="justify">
</div>
<div align="justify">
<strong><span style="font-size: 130%;"><br />Tiga yang terakhir</span></strong> adalah bahwa kita diberi jalan untuk menjamin tercapainya 3 tujuan utama di atas. Jalan ini terdiri dari tiga macam, yaitu seperti yang saya uraikan di dalam topik Tiga Pilar Pengelolaan Uang. Tiga pilar utama itu akan mengantisipasi 3 risiko hidup dan sekaligus merupakan upaya untuk merealisasikan tujuan anda melalui langkah-langkah yang jelas dan mantap.</div>
<div align="justify">
<strong><span style="color: #006600;">1)</span></strong> Pilar pertama adalah <span style="color: #006600;"><strong>pilar pengamanan</strong></span> ( <em><strong><a href="http://lifeinsurance.web.id/articles/saving.html" target="_blank">Saving</a></strong></em> ), mengamankan pendapatan anda supaya tidak habis;</div>
<div align="justify">
<span style="color: #006600;"><strong>2)</strong></span> Pilar <span style="color: #006600;"><strong>antisipasi risiko</strong></span> ( <em><strong><a href="http://lifeinsurance.web.id/articles/protection.html" target="_blank">Income Protection</a></strong></em> ), melindungi pendapatan anda supaya tidak terhenti hanya gara-gara anda mengalami satu atau lebih risiko hidup di atas;</div>
<div align="justify">
<strong><span style="color: #006600;">3)</span></strong> Pilar <span style="color: #006600;"><strong>langkah maju</strong></span> ( <em><strong><span style="color: black;">Investment</span></strong></em> ), yaitu langkah untuk mengembangkan aset yang ada supaya menjadi berlipat-lipat, tumbuh dan berkembang terus.</div>
<div align="justify">
</div>
<div align="justify">
Itulah formula 3 - 3 - 3 yang akan membuat hidup anda cemerlang secara finansial./***</div>
Supangat Abdurrafihttp://www.blogger.com/profile/13317467374127558663noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8104061592642126786.post-17814562604438736412009-07-02T20:32:00.000-07:002017-12-23T04:47:23.376-08:00Antara Merokok dan Kesejahteraan<div align="justify">
Tahukah anda arti sebungkus rokok ? Sebungkus rokok itu kalau anda konsumsi sebagai rokok, maka hal itu akan membuat anda tidak sehat dalam dua hal. Pertama rokok itu membuat anda tidak sehat secara fisik. Yang kedua adalah bahwa mengkonsumsi rokok itu juga membuat anda tidak sehat secara finansial.</div>
<div align="justify">
Pada kesempatan ini saya tidak akan membahas efek rokok terhadap kesehatan, tetapi akan memaparkan sisi finansial yang menghubungkan rokok dengan kesejahteraan.</div>
<div align="justify">
Mari kita telaah bagaimana uang sebesar harga sebungkus rokok bisa untuk membangun kesejahteraan dengan cara yang sangat mudah.</div>
<div align="justify">
Kita misalkan harga sebungkus rokok - yang sedang-sedang saja, bukan yang murah dan juga bukan yang mahal - adalah Rp 8,500,- ( asumsi harga saat artikel ini dipublikasikan ). Kalau dalam satu hari anda mengkonsumsi satu bungkus, berarti anda menghabiskan Rp 8,500. Sekarang kita hitung Rp 8,500 perhari dikalikan dengan 365 hari. Berarti dalam satu tahun anda menghabiskan Rp 3,102,500. Per tahun.</div>
<div align="justify">
Tahukah bagaimana caranya uang sebesar 3 juta bisa menjadi satu miliar ? </div>
<div align="justify">
Inilah caranya:<br />
Jika anda tahun ini menyimpan uang sebesar Rp 3,000,000 ke dalam instrument investasi yang bisa menghasilkan imbalan ( Return On Investment ) sebesar 19% pertahun, maka setelah 1 tahun uang anda tersebut telah bertambah menjadi Rp 3,570,000. Ini adalah 1 tahun. Karena ada inflasi, maka harga barang meningkat, termasuk harga rokok juga ikut meningkat. Berarti perhitungan untuk setoran investasi anda di tahun kedua juga meningkat. Misalnya peningkatan<br />
setoran anda adalah 10% pertahun. Berarti tahun kedua ini anda menyetor sebesar Rp 3,000,000 ditambah Rp 300,000 ( yaitu 10% dari Rp 3,000,000 ). Jadi setoran anda tahun kedua adalah Rp 3,300,000. Dengan cara seperti itu, yaitu setoran anda dinaikkan sebesar 10% pertahun, dengan asumsi imbal hasil ( <i><a href="http://lifeinsurance.web.id/apps/kalkulator_investasi1.php">Return On Investment</a></i> ) sebesar 19% pertahun, maka saldo anda di akhir tahun ke-20 adalah Rp <b>1,019,509,633</b>.<span style="color: rgb(255 , 255 , 51); font-family: "arial"; font-size: 130%;"><b><i> <span style="color: rgb(102 , 0 , 0);">(Satu miliar sembilan belas juta lima ratus sembilan ribu enam ratus tiga puluh tiga rupiah)</span></i></b></span>.</div>
<div align="justify">
Itulah potensi dari uang sebesar harga sebungkus rokok. Itu baru dengan perhitungan ROI sebesar 19%. Apakah mungkin ada investasi yang bisa memberikan hasil lebih dari itu ? Ya. kenyataannya memang ada, dan anda tidak harus bersusah payah mengerjakan sendiri semuanya.<b></b></div>
<div align="justify">
Coba anda perhatikan dengan saksama dan anda renungkan, berapakah usia anda saat ini, sudah berapa lamakah anda merokok, sudah berapakah uang anda yang mestinya anda miliki saat ini seandainya selama ini tidak merokok, dan sebagainya.</div>
<div align="justify">
Jika anda sudah lama merokok, dan baru tahu sekarang mengenai pembahasan seperti ini, mungkin anda menyesal. Dan memang mestinya begitu. Tinggal penyesalan anda itu mau anda lanjutkan untuk membuat penyesalan yang lebih besar di kemudian hari, ataukah anda mau merubah menjadi titik balik menuju hari depan yang lebih indah.</div>
<div align="justify">
Jika anda seorang perokok dan mempunyai anak, dan anak anda tidak sekolah / kuliah, lalu dia tahu mengenai perhitungan seperti ini, bisakah anda bayangkan betapa sakit hatinya melihat uang rokok ternyata bisa untuk menjadi biaya kuliah ? Bukankah satu miliar itu sangat bermanfaat untuk biaya kuliah ? Dan yang lebih menyakitkan lagi adalah jika anak anda juga ikut-ikutan merokok. Bagaimanakah kira-kira kelak jika dia mempunyai anak ? Yaitu cucu anda ? Apakah anda akan membiarkan anak anda membakar uang kuliah untuk cucu-cucu anda ? Mari kita sadarkan anak-anak kita, mari kita sadarkan teman-teman kita, dan tentunya terlebih dulu adalah kita sendiri yang harus sadar.</div>
<div align="justify">
Tanpa merokok, hidup menjadi lebih sejahtera dan lebih indah. ***</div>
Supangat Abdurrafihttp://www.blogger.com/profile/13317467374127558663noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8104061592642126786.post-42524763201098512512009-07-01T21:58:00.001-07:002022-06-14T06:24:11.728-07:00Bijaklah Dalam Menyimpan UangDi manakah biasanya anda menyimpan uang ? Di bank, di celengan, di bawah kasur, ataukah di mana ?<br />
<br />
Mengapa para pakar investasi dan konsultan keuangan menyarankan agar anda tidak menyimpan uang berlebihan di dalam tabungan / deposito ? Mari kita cermati perhitungan berikut:<br />
<br />
Simpanan pokok-------------------------------------------= 10,000,000<br />
Interest : 7.5% X 10,000,000 = 750,000<br />
Pajak atas interest: 20% X 750,000 = 150,000<br />
Net interest---------------------------------------------= + 600,000<br />
Saldo anda-----------------------------------------------= 10,600,000<br />
Inflasi: 6.5% X 10,600,000 = 689,000---------------------= - 689,000<br />
Nilai riil uang anda-------------------------------------= <span style="font-weight: bold;">9,911,000</span><br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Artinya, jika hari ini anda membawa uang saldo anda yang Rp 10,600,000 itu untuk berbelanja, anda hanya bisa mendapatkan barang / jasa yang tahun lalu harganya Rp 9,911,000.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Itulah sebabnya penting sekali bagi anda untuk menempatkan uang pada instrument yang tepat.<br />
Kunci pertamanya adalah bahwa instrument tersebut harus bisa memberikan imbal hasil ( <em>return</em> ) yang lebih tinggi dibandingkan angka inflasi. Misalnya anda bisa melirik oblogasi / sukuk, SBI, saham, ataupun yang sudah dikemas dalam bentuk <a href="http://lifeinsurance.web.id/product/ul/reksadana.html">reksadana</a>./***</div>
Supangat Abdurrafihttp://www.blogger.com/profile/13317467374127558663noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8104061592642126786.post-5978129688864306952009-06-27T06:12:00.001-07:002017-01-11T18:22:38.875-08:00Tiga Pilar Pengelolaan Uang<div align="justify">
Ketika anda memperoleh pendapatan, apakah yang biasanya anda lakukan ? Membelanjakan pendapatan tersebut dan menabung sisanya, ataukah menyisihkan untuk tabungan terlebih dahulu dan membelanjakan sisanya ? Ataukah apa dulu ?</div>
<br />
<br />
<div align="justify">
Para pembaca yang budiman, ketika anda memperoleh pendapatan, yang pertama harus anda lakukan adalah mengeluarkan hak orang lain yang ikut terkandung di dalam pendapatan anda. Apakah itu disebut pajak, perpuluhan, zakat, ataupun sodaqoh.</div>
<br />
<div align="justify">
Nah, setelah anda keluarkan seluruh bagian yang menjadi hak orang lain, maka kini pendapatan anda telah bersih dan murni menjadi hak anda. Inilah yang boleh anda manfaatkan untuk keperluan anda sendiri maupun keperluan keluarga anda. Namun jangan lupa, cara memanfaatkannya harus mengikuti kaidah-kaidah pengelolaan uang yang baik.</div>
<br />
<div align="justify">
Mungkin ada yang bertanya, "Bagaimanakah cara mengelola uang yang baik itu ?" Cara mengelola uang yang baik itu harus memenuhi tiga kategori berikut: Saving, Income Protection, dan Investment. Saya menyebutnya "Tiga Pilar Pengelolaan Uang".</div>
<br />
Mari kita uraikan satu persatu:<br />
<br />
<b><span style="color: #660000;"><span style="font-size: 130%;">A. Saving</span><br />
</span></b><br />
<div align="justify">
Saving atau menabung dimaksudkan untuk membiasakan diri supaya ketika anda memperoleh pendapatan tidak anda habiskan untuk belanja bulanan. Pendapatan anda, setelah dikurangi dengan pajak, zakat, perpuluhan, sodaqoh, atau apapun namanya, harus ada yang anda sisihkan ke dalam tabungan terlebih dahulu sebelum anda berbelanja.</div>
<div align="justify">
Uang yang anda sisihkan secara rutin itu lama-lama akan terkumpul menjadi jumlah yang besar. Uang tersebut dapat berfungsi sebagai dana cadangan untuk keadaan-keadaan tertentu yang memerlukan pengeluaran lebih besar dari biasanya; contohnya adalah saat anak masuk sekolah, pernikahan anak, renovasi rumah, dan sebagainya</div>
<div align="justify">
Dalam kehidupan sehari-hari mungkin anda sering melihat - atau mendengar - orang yang berkomentar, "Jangankan untuk menabung, untuk makan saja susah. Apa yang mau ditabung ? Nanti kalau untuk memenuhi kebutuhan pokok sudah ada lebihnya, pasti saya menabung." Sepintas kalimat itu kedengarannya masuk akal. Namun justru pola pikir seperti itulah yang biasanya membuat orang tidak mempunyai tabungan. Karena - orang yang sama - jika dia mau merubah pola pikirnya, pasti mempunyai tabungan. Bagaimana seharusnya ? Dibalik. Jangan menunggu ada kelebihan baru mau menabung. Caranya, berapapun penghasilan yang anda dapat, sisihkan dulu sejumlah tertentu - entah seribu atau dua ribu, entah satu juta atau dua juta - untuk ditabung. Dengan begitu maka anda pasti punya tabungan.</div>
<br />
<div align="justify">
Namun tabungan anda cukup diisi seperlunya, yaitu untuk kebutuhan rutin 6 sampai 12 bulan. Apa maksudnya ? Maksudnya begini. Uang anda yang anda simpan di dalam tabungan ini sebaiknya benar-benar hanya untuk cadangan jangka pendek, untuk likuiditas rutin, supaya cadangan <i>cash</i> anda tidak terlalu ketat. Kalau tiba-tiba anda kehilangan pekerjaan, atau usaha anda bangkrut, setidaknya anda punya cadangan untuk biaya rutin 6 sampai 12 bulan, dan<br />
diharapkan sebelum 6 bulan anda sudah mendapatkan sumber pendapatan ( <i>income</i> ) yang baru. Nah, uang anda yang lain, termasuk yang untuk cadangan biaya pendidikan anak, renovasi rumah, pernikahan anak, dan lain-lain, sebaiknya anda tempatkan di tempat yang lain yang lebih produktif. Mengapa demikian ? Mari kita cermati pelajaran penting yang disampaikan oleh <b>Michael Tjoajadi</b>, direktur <b><span style="color: #3300cc;">PT. Schroder Investment Management Indonesia ( SIMI )</span></b>, sebagaimana dimuat di dalam <b>Majalah Investor</b> edisi 15 - 28 Januari 2007:<br />
<span style="color: red;"><b>"Tidak ada orang yang kaya dari deposito. Bila menginvestasikan uang di bank, berarti dengan sengaja memiskinkan dirinya. Karena aset yang diinvestasikan di deposito akan termakan pajak dan inflasi. Jumlah uang bertambah, tetapi <i>purchasing power</i> berkurang. ..."</b></span></div>
<br />
<br />
<span style="color: #993300;"><b><span style="color: #660000; font-size: 130%;">B. Income Protection</span></b><br />
</span><br />
<div align="justify">
Biasanya orang kalau ditanya untuk siapa mereka bekerja, rata-rata jawabannya adalah bahwa mereka bekerja untuk anak. Mereka rela melakukan apa saja demi anak.</div>
<br />
<div align="justify">
Jika anda diizinkan untuk mempunyai mesin pencetak uang yang diperbolehkan untuk mencetak berapun uang yang anda butuhkan, di manakah anda akan menyimpannya ? Tentu jawabannya adalah di tempat yang aman. Bila perlu ditempatkan di dalam ruangan khusus yang diberi kunci pengaman ganda. Jangan sampai ada yang mengambilnya. Dan anda pun pasti akan merawatnya dengan baik supaya tidak rusak, karena kalau sampai rusak maka keuangan keluarga akan terguncang. Anda tahu bagaimana rasanya mempunyai gaya hidup yang turun ? Anda bisa bayangkan bagaimana perasaan orang yang biasanya bepergian dengan mobil sendiri tiba-tiba harus naik kendaraan umum ? Ketika berjalan dari gerbang rumah menuju jalan raya, seolah-olah sorot mata para tetangga itu begitu menusuk membuat mata tertunduk, meskipun para tetangga tidak bermaksud begitu. Dada yang biasanya tegak dan membusung tiba-tiba seperti kempis dan mengerut, dan dagu juga tidak bisa diajak kompromi karena serasa digantungi batu yang berat. Jadi, sudah sepantasnya jika pemilik mesin uang menjaga mesin uangnya itu dengan penjagaan yang ekstra ketat.</div>
<div align="justify">
Dengan analogi di atas, sekarang pertanyannya adalah, siapakah yang menjadi mesin uang di keluarga anda ? Maksudnya adalah, siapakah yang menjadi pencari nafkah di keluarga anda ? Pencari nafkah adalah ibarat mesin uang bagi keluarga. Ketika dia bekerja - entah itu menjadi karyawan ataupun menjadi pengusaha - dia menghasilkan uang yang dipakai untuk memenuhi kebutuhan keluarga, mulai dari kebutuhan pokok sampai kebutuhan yang mewah. Itulah mesin uang keluarga.</div>
<br />
<div align="justify">
Yang menjadi persoalan adalah, ketika orang dihadapkan dengan mesian uang dalam arti harfiah, mesin uang sungguhan, rata-rata sadar dan tahu cara merawat dan melindunginya; tetapi ketika dihadapkan dengan mesin uang yang berupa pencari nafkah untuk keluarga, ternyata persentase yang sudah membuat perlindungan jauh lebih kecil dibandingkan dengan yang belum.</div>
<br />
<div align="justify">
Bagimanakah cara membuat perlindungan pendapatan bagi keluarga ? Cara yang tepat adalah dengan ikut program asuransi pendapatan ( <span style="color: #00a0a0;"><i><a href="http://lifeinsurance.web.id/articles/berasuransi.html" target="_blank">life insurance</a></i></span> ). Program ini di masyarakat lebih dikenal dengan sebutan <b>asuransi jiwa</b>. Jadi, kalau anda membaca, atau mendengar kata-kata <span style="color: #00a0a0;"><i><a href="http://lifeinsurance.web.id/articles/berasuransi.html" target="_blank">asuransi jiwa</a></i></span>, sebaiknya diartikan sebagai <span style="color: #00a0a0;"><i><a href="http://lifeinsurance.web.id/articles/berasuransi.html" target="_blank">asuransi pendapatan keluarga</a></i></span>.</div>
<br />
<div align="justify">
Mengapa orang perlu mengasuransikan pendapatannya ?</div>
<br />
<div align="justify">
Ketika seorang pencari nafkah bekerja lalu memperoleh pendapatan, dengan pendapatan itulah dia menghidupi keluarganya. Dengan pendapatan itulah dia bisa memenuhi berbagai macam kebutuhan hidup keluarganya, mulai dari makan, pakaian, tempat tinggal, menyekolahkan anak, liburan, dan sebagainya. Bagi sebagian orang, sebagian pendapatannya juga digunakan untuk membangun aset, entah itu dalam bentuk aset riil ( tanah, rumah, logam mulia, dan sebagainya ) maupun dalam bentuk aset finansial ( deposito, obligasi, reksadana, dan sebagainya ).</div>
<br />
Namun perlu disadari bahwa dalam hidup ini ada 3 risiko yang jika teradi pada pencari nafkah maka bisa berakibat fatal secara finansial. Ketiga risiko itu adalah:<br />
<br />
<span style="color: red;"><b>3) Meninggal.</b><br />
</span><br />
<div align="justify" style="color: #ffa880;">
<span style="color: #990000;">Jika pencari nafkah di sebuah keluarga meninggal, berarti itu seperti mata air yang tidak berfungsi lagi; juga seperti mesin uang yang hilang. ( Masih ingat analogi mesin uang ? ). Berarti pendapatan keluarga yang biasanya diberikannya dari hasil bekerja juga terhenti. Tetapi, apakah kebutuhan hidup keluarga juga terhenti ? Tidak ! Kebutuhan hidup keluarga tetap berjalan terus; anak-anak tetap butuh makan, rekening listrik harus dibayar, rekening telepon harus dibayar, anak-anak harus sekolah, dan semuanya perlu menjalani kehidupan dengan standar gaya hidup yang layak. Berarti, kepergian pencari nafkah untuk selamanya itu menimbulkan kerugian finansial bagi keluarga.<br />
</span></div>
<br />
<span style="color: red;"><b>2) Cacat total permanen;</b><br />
</span><br />
<div align="justify" style="color: #ffa880;">
<span style="color: #990000;">Cacat total permanen atau menetap bisa disebabkan oleh kecelakaan dan bisa juga disebabkan oleh sakit kritis. Orang yang mengalami cacat total permanen, biasanya aktivitas mencari nafkahnya menjadi terganggu, atau bahkan mungkin ada yang sudah tidak bekerja lagi. Yang membuat persoalan menjadi lebih berat adalah bahwa kalau orang meninggal, meskipun dia tidak menghasilkan pendapatan lagi, tapi dia juga sudah tidak membutuhkan biaya hidup; sedangkan orang yang cacat total permanen masih membutuhkan biaya hidup.<br />
</span></div>
<div align="justify">
<br />
<span style="color: red;"><b>1) Sakit berat / berkepanjangan;</b><br />
</span></div>
<div align="justify" style="color: #ffa880;">
<span style="color: #990000;">Efek dari sakit berat / berkepanjangan lebih berat dibandingkan dengan efek dari cacat total permanen, karena orang yang sakit berat / berkepanjangan, di samping dia tetap membutuhkan biaya hidup, dia juga membutuhkan biaya perawatan ( yang bisa jadi lebih besar daripada biaya hidupnya ). Dia perlu dipanggilkan dokter atau dibwa ke rumah sakit, dia perlu dibelikan obat, dan sebagainya.</span></div>
<br />
<div align="justify">
Perlu diketahui dan disadari bahwa asuransi jiwa tidak mengasuransikan jiwa, sebab jiwa manusia bukan obyek asuransi. Sesuatu yang dijadikan obyek asuransi haruslah sesuatu yang bisa diukur dengan uang. Sedangkan jiwa manusia tidak bisa diukur dengan uang. Oleh karena itu, jika anda berhubungan dengan perusahaan asuransi jiwa, buang jauh-jauh pandangan bahwa anda sedang mengasuransikan jiwa anda; buang jauh-jauh, sekali lagi buang jauh-jauh perasaan bahwa anda sedang mengasuransikan jiwa anda. Bayangkan bahwa anda sedang membangun jaminan finansial bagi keluarga anda. Tanamkan di dalam benak anda, tanamkan di dalam hati dan perasaan anda bahwa anda sedang membangun kerangka finansial yang kokoh. Tanamkan pemahaman bahwa ketika anda mendaftar asuransi jiwa berarti anda sedang menyiapkan jaminan keamanan finansial pribadi, jaminan finansial keluarga, jaminan pensiun sejahtera.</div>
<br />
<b><span style="color: #660000; font-size: 130%;">C. Investment</span></b><br />
<div align="justify">
Investasi secara mudah dapat diartikan begini: anda menyimpan <i>sejumlah uang</i> dengan harapan setelah jangka <i>waktu</i> tertentu uang anda menjadi <i>lebih banyak.</i></div>
<div align="justify">
<br /></div>
<div align="justify">
Berarti kalau kita berbicara mengenai investasi, maka:<br />
<br />
<span style="color: #3333ff;">1</span>. harus ada sejumlah uang yang diinvestasikan. Ini yang dinamakan <span style="color: #000099;"><b>modal</b></span>;<br />
<br />
<span style="color: #3333ff;">2</span>. kita harus menentukan kerangka <span style="color: #000099;"><b>waktu</b></span>, kapan kita hendak memetik hasilnya.<br />
<br />
<span style="color: #3333ff;">3</span>. sejak awal kita harus sudah memperhitungkan potensi <b><span style="color: #000099;">hasil</span> </b>yang bisa kita peroleh. </div>
<div align="justify">
Berkaitan dengan ketiga hal tersebut di atas, ada hal-hal lain yang selalu melekat dalam pembicaraan mengenai investasi, yaitu:<br />
<br />
<span style="color: #3333ff;">4</span>. investasi selalu mengandung <span style="color: #000099;">risiko</span>. Biasanya semakin besar potensi hasil yang bisa diperoleh semakin besar pula risikonya. Itulah yang di dalam dunia investasi sering disebut <span style="color: #cc0099;"><i><b>high return - high risk</b></i></span>.<br />
<br />
<span style="color: #3333ff;">5</span>. supaya anda berinvestasi dengan baik maka anda harus mempunyai <span style="color: #000099;">tujuan</span> yang jelas. <br />
<br /></div>
<div align="justify">
Jika anda mengambil sebutir padi, lalu anda menanamnya di atas lumpur, maka akan tumbuh sebatang kecambah yang lama-lama menjadi semakin besar, yang dalam waktu beberapa minggu sudah beranak menjadi katakanlah tujuh pohon padi. Ketujuh pohon padi itu setelah 4 bulan menghasilkan padi yang siap dipanen. Berarti saat itu anda akan mendapatkan tujuh tangkai padi. Jika masing-masing tangkai terdiri dari 400 butir padi, berarti dalam waktu 4 bulan sebutir padi telah berubah menjadi 2800 butir padi. Sebuah investasi yang luar biasa.</div>
<br />
Lalu ada yang bertanya, "Mengapa banyak petani yang miskin?"<br />
<br />
<div align="justify">
Jawabannya adalah sebuah pertanyaan lagi, "Apakah dari 1000 butir padi yang ditabur akan menghasilkan seperti contoh di atas ?" Ternyata jika anda menaburkan 1000 butir padi, akan ada beberapa yang tidak tumbuh. Sementara dari yang tumbuh itu ada yang hanyut terbawa arus air sawah, ada yang dimakan tikus, dan sebagainya, sehingga yang benar-benar menghasilkan bulir padi persentasenya tidak 100%. Dan dari yang menghasilkan bulir padi juga ternyata ada yang dimakan hama sebelum masa panen tiba. Itulah yang namanya <span style="color: #000099;">risiko</span>.</div>
<br />
<div align="justify">
Ada banyak instrumen investasi yang bisa anda manfaatkan untuk meningkatkan aset anda. Masing-masing tentunya dengan tingkat risiko dan potensi keuntungan yang berbeda satu sama lain. Anda bisa memilih sesuai dengan karakter anda, sesuai dengan tujuan anda, dan sesuai dengan kesiapan anda menanggung risikonya. </div>
<div align="justify">
Pilihlah instrumen investasi secara bijak.</div>
Supangat Abdurrafihttp://www.blogger.com/profile/13317467374127558663noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8104061592642126786.post-28077842068145445552009-06-24T20:24:00.000-07:002009-06-24T20:34:07.666-07:00Selamat Datang<div align="justify">Di dalam blog ini akan saya hadirkan kiat-kiat <em><strong><span style="color:#000000;">cara mengelola uang yang baik</span></strong></em>, utamanya adalah untuk keuangan pribadi dan keluarga. Harapan saya adalah bahwa isi atau materi yang saya bagikan di sini dapat bermanfaat bagi segenap pembaca sekalian, sehingga bagi yang sudah terbiasa mengelola uang dengan baik dapat lebih menguatkan; dan bagi yang belum terbiasa atau bahkan yang belum mengerti akan menjadi pemacu dan pemandu untuk mengelola uang dengan lebih baik.</div><br />Selamat bergabung !Supangat Abdurrafihttp://www.blogger.com/profile/13317467374127558663noreply@blogger.com0