Rabu, 22 April 2020

Tidak butuh tapi perlu memiliki asuransi jiwa

Oleh: Supangat Abdurrafi

Kalau anda berkonsultasi kepada konsultan keuangan, atau membaca artikel-artikel tentang asuransi, ataupun menonton video tentang kebutuhan asuransi jiwa, mungkin anda akan mendapati adanya nasihat bahwa bagi yang tidak / belum mempunyai tanggungan maka tidak membutuhkan asuransi jiwa. Mengapa demikian ? Karena kalaupun anda tiba saatnya dipanggil menghadap Yang Mahakuasa alias meninggal, tidak ada pihak manapun yang kebutuhan ekonominya terganggu. Betul ? Yes, 100% benar.

Lalu kapankah seseorang itu membutuhkan asuransi jiwa ? Yaitu jika dua syarat ini melekat padanya:
1. Mempunyai penghasilan
2. Mempunyai tanggungan ( orang yang tergantung secara finansial kepadanya )
Jika kedua syarat itu tidak melekat padanya maka tidak membutuhkan asuransi jiwa.

Nah, pertanyaannya sekarang adalah,

   "Ketika seseorang yang tadinya tidak mempunyai tanggungan lalu tiba saatnya mempunyai tanggungan dan mau membeli asuransi jiwa, apakah ada jaminan bahwa orang tersebut masih bisa diterima oleh perusahaan asuransi jiwa ?"


Di sinilah persoalannya. Kita perlu menyadari bahwa selain risiko meninggal, manusia juga dihadapkan pada risiko sakit dan / atau kecelakaan. Kedua risiko itu tidak ada yang bisa menduga, apakah akan mengenainya atau tidak. Demikian juga dengan waktunya; tidak ada yang bisa menduga kapan akan mengalami sakit.


Mari kita ambil sebuah ilustrasi. Misalkan ada anak muda bernama Sudiro ( bukan sebenarnya ). Usianya 25 tahun, bekerja di salah satu perusahaan mapan, dengan penghasilan yang lumayan. Dia masih single dan tidak ada orang yang tergantung kepadanya secara finansial. Karena konsultan keuangannya mengatakan bahwa ia tidak membutuhkan asuransi jiwa, maka ia pun tidak membeli asuransi jiwa. Karena penghasilannya lumayan dan tidak punya tanggungan, ia pun menikmati masa mudanya itu dengan hal-hal yang berbau kebebasan. Dia sibuk berkarir dan pesta sana pesta sini. Lalu di usia 35 tahun dia menikah. Lalu  dia menyadari bahwa dia membutuhkan asuransi jiwa. Ia pun menghubungi agen asuransi yang dia kenal. Namun sayangnya, sehari sebelum bertemu dengan agen tersebuit, ia jatuh di kamar mandi. Dan setelah dibawa ke rumah sakit ternyata kesimpulannya dia kena stroke. Dan perusahaan asuransi tidak bisa menerimanya sebagai nasabah.

Para pembaca yang budiman; berdasarkan ilustrasi di atas maka dapat kita tarik kesimpulan "sebaiknya memiliki asuransi jiwa itu dimulai sejak belum membutuhkannya. Karena pada saat membutuhkannya bisa jadi sudah terlambat". Seperti orang sedia payung sebelum hujan. Jangan setelah hujan tiba baru sibuk mencari payung. Milikilah / sediakanlah payung sebelum hujan.