Sabtu, 27 Juni 2009

Tiga Pilar Pengelolaan Uang

Ketika anda memperoleh pendapatan, apakah yang biasanya anda lakukan ? Membelanjakan pendapatan tersebut dan menabung sisanya, ataukah menyisihkan untuk tabungan terlebih dahulu dan membelanjakan sisanya ? Ataukah apa dulu ?


Para pembaca yang budiman, ketika anda memperoleh pendapatan, yang pertama harus anda lakukan adalah mengeluarkan hak orang lain yang ikut terkandung di dalam pendapatan anda. Apakah itu disebut pajak, perpuluhan, zakat, ataupun sodaqoh.

Nah, setelah anda keluarkan seluruh bagian yang menjadi hak orang lain, maka kini pendapatan anda telah bersih dan murni menjadi hak anda. Inilah yang boleh anda manfaatkan untuk keperluan anda sendiri maupun keperluan keluarga anda. Namun jangan lupa, cara memanfaatkannya harus mengikuti kaidah-kaidah pengelolaan uang yang baik.

Mungkin ada yang bertanya, "Bagaimanakah cara mengelola uang yang baik itu ?" Cara mengelola uang yang baik itu harus memenuhi tiga kategori berikut: Saving, Income Protection, dan Investment. Saya menyebutnya "Tiga Pilar Pengelolaan Uang".

Mari kita uraikan satu persatu:

A. Saving

Saving atau menabung dimaksudkan untuk membiasakan diri supaya ketika anda memperoleh pendapatan tidak anda habiskan untuk belanja bulanan. Pendapatan anda, setelah dikurangi dengan pajak, zakat, perpuluhan, sodaqoh, atau apapun namanya, harus ada yang anda sisihkan ke dalam tabungan terlebih dahulu sebelum anda berbelanja.
Uang yang anda sisihkan secara rutin itu lama-lama akan terkumpul menjadi jumlah yang besar. Uang tersebut dapat berfungsi sebagai dana cadangan untuk keadaan-keadaan tertentu yang memerlukan pengeluaran lebih besar dari biasanya; contohnya adalah saat anak masuk sekolah, pernikahan anak, renovasi rumah, dan sebagainya
Dalam kehidupan sehari-hari mungkin anda sering melihat - atau mendengar - orang yang berkomentar, "Jangankan untuk menabung, untuk makan saja susah. Apa yang mau ditabung ? Nanti kalau untuk memenuhi kebutuhan pokok sudah ada lebihnya, pasti saya menabung." Sepintas kalimat itu kedengarannya masuk akal. Namun justru pola pikir seperti itulah yang biasanya membuat orang tidak mempunyai tabungan. Karena - orang yang sama - jika dia mau merubah pola pikirnya, pasti mempunyai tabungan. Bagaimana seharusnya ? Dibalik. Jangan menunggu ada kelebihan baru mau menabung. Caranya, berapapun penghasilan yang anda dapat, sisihkan dulu sejumlah tertentu - entah seribu atau dua ribu, entah satu juta atau dua juta - untuk ditabung. Dengan begitu maka anda pasti punya tabungan.

Namun tabungan anda cukup diisi seperlunya, yaitu untuk kebutuhan rutin 6 sampai 12 bulan. Apa maksudnya ? Maksudnya begini. Uang anda yang anda simpan di dalam tabungan ini sebaiknya benar-benar hanya untuk cadangan jangka pendek, untuk likuiditas rutin, supaya cadangan cash anda tidak terlalu ketat. Kalau tiba-tiba anda kehilangan pekerjaan, atau usaha anda bangkrut, setidaknya anda punya cadangan untuk biaya rutin 6 sampai 12 bulan, dan
diharapkan sebelum 6 bulan anda sudah mendapatkan sumber pendapatan ( income ) yang baru. Nah, uang anda yang lain, termasuk yang untuk cadangan biaya pendidikan anak, renovasi rumah, pernikahan anak, dan lain-lain, sebaiknya anda tempatkan di tempat yang lain yang lebih produktif. Mengapa demikian ? Mari kita cermati pelajaran penting yang disampaikan oleh Michael Tjoajadi, direktur PT. Schroder Investment Management Indonesia ( SIMI ), sebagaimana dimuat di dalam Majalah Investor edisi 15 - 28 Januari 2007:
"Tidak ada orang yang kaya dari deposito. Bila menginvestasikan uang di bank, berarti dengan sengaja memiskinkan dirinya. Karena aset yang diinvestasikan di deposito akan termakan pajak dan inflasi. Jumlah uang bertambah, tetapi purchasing power berkurang. ..."


B. Income Protection

Biasanya orang kalau ditanya untuk siapa mereka bekerja, rata-rata jawabannya adalah bahwa mereka bekerja untuk anak. Mereka rela melakukan apa saja demi anak.

Jika anda diizinkan untuk mempunyai mesin pencetak uang yang diperbolehkan untuk mencetak berapun uang yang anda butuhkan, di manakah anda akan menyimpannya ? Tentu jawabannya adalah di tempat yang aman. Bila perlu ditempatkan di dalam ruangan khusus yang diberi kunci pengaman ganda. Jangan sampai ada yang mengambilnya. Dan anda pun pasti akan merawatnya dengan baik supaya tidak rusak, karena kalau sampai rusak maka keuangan keluarga akan terguncang. Anda tahu bagaimana rasanya mempunyai gaya hidup yang turun ? Anda bisa bayangkan bagaimana perasaan orang yang biasanya bepergian dengan mobil sendiri tiba-tiba harus naik kendaraan umum ? Ketika berjalan dari gerbang rumah menuju jalan raya, seolah-olah sorot mata para tetangga itu begitu menusuk membuat mata tertunduk, meskipun para tetangga tidak bermaksud begitu. Dada yang biasanya tegak dan membusung tiba-tiba seperti kempis dan mengerut, dan dagu juga tidak bisa diajak kompromi karena serasa digantungi batu yang berat. Jadi, sudah sepantasnya jika pemilik mesin uang menjaga mesin uangnya itu dengan penjagaan yang ekstra ketat.
Dengan analogi di atas, sekarang pertanyannya adalah, siapakah yang menjadi mesin uang di keluarga anda ? Maksudnya adalah, siapakah yang menjadi pencari nafkah di keluarga anda ? Pencari nafkah adalah ibarat mesin uang bagi keluarga. Ketika dia bekerja - entah itu menjadi karyawan ataupun menjadi pengusaha - dia menghasilkan uang yang dipakai untuk memenuhi kebutuhan keluarga, mulai dari kebutuhan pokok sampai kebutuhan yang mewah. Itulah mesin uang keluarga.

Yang menjadi persoalan adalah, ketika orang dihadapkan dengan mesian uang dalam arti harfiah, mesin uang sungguhan, rata-rata sadar dan tahu cara merawat dan melindunginya; tetapi ketika dihadapkan dengan mesin uang yang berupa pencari nafkah untuk keluarga, ternyata persentase yang sudah membuat perlindungan jauh lebih kecil dibandingkan dengan yang belum.

Bagimanakah cara membuat perlindungan pendapatan bagi keluarga ? Cara yang tepat adalah dengan ikut program asuransi pendapatan ( life insurance ). Program ini di masyarakat lebih dikenal dengan sebutan asuransi jiwa. Jadi, kalau anda membaca, atau mendengar kata-kata asuransi jiwa, sebaiknya diartikan sebagai asuransi pendapatan keluarga.

Mengapa orang perlu mengasuransikan pendapatannya ?

Ketika seorang pencari nafkah bekerja lalu memperoleh pendapatan, dengan pendapatan itulah dia menghidupi keluarganya. Dengan pendapatan itulah dia bisa memenuhi berbagai macam kebutuhan hidup keluarganya, mulai dari makan, pakaian, tempat tinggal, menyekolahkan anak, liburan, dan sebagainya. Bagi sebagian orang, sebagian pendapatannya juga digunakan untuk membangun aset, entah itu dalam bentuk aset riil ( tanah, rumah, logam mulia, dan sebagainya ) maupun dalam bentuk aset finansial ( deposito, obligasi, reksadana, dan sebagainya ).

Namun perlu disadari bahwa dalam hidup ini ada 3 risiko yang jika teradi pada pencari nafkah maka bisa berakibat fatal secara finansial. Ketiga risiko itu adalah:

3) Meninggal.

Jika pencari nafkah di sebuah keluarga meninggal, berarti itu seperti mata air yang tidak berfungsi lagi; juga seperti mesin uang yang hilang. ( Masih ingat analogi mesin uang ? ). Berarti pendapatan keluarga yang biasanya diberikannya dari hasil bekerja juga terhenti. Tetapi, apakah kebutuhan hidup keluarga juga terhenti ? Tidak ! Kebutuhan hidup keluarga tetap berjalan terus; anak-anak tetap butuh makan, rekening listrik harus dibayar, rekening telepon harus dibayar, anak-anak harus sekolah, dan semuanya perlu menjalani kehidupan dengan standar gaya hidup yang layak. Berarti, kepergian pencari nafkah untuk selamanya itu menimbulkan kerugian finansial bagi keluarga.

2) Cacat total permanen;

Cacat total permanen atau menetap bisa disebabkan oleh kecelakaan dan bisa juga disebabkan oleh sakit kritis. Orang yang mengalami cacat total permanen, biasanya aktivitas mencari nafkahnya menjadi terganggu, atau bahkan mungkin ada yang sudah tidak bekerja lagi. Yang membuat persoalan menjadi lebih berat adalah bahwa kalau orang meninggal, meskipun dia tidak menghasilkan pendapatan lagi, tapi dia juga sudah tidak membutuhkan biaya hidup; sedangkan orang yang cacat total permanen masih membutuhkan biaya hidup.

1) Sakit berat / berkepanjangan;
Efek dari sakit berat / berkepanjangan lebih berat dibandingkan dengan efek dari cacat total permanen, karena orang yang sakit berat / berkepanjangan, di samping dia tetap membutuhkan biaya hidup, dia juga membutuhkan biaya perawatan ( yang bisa jadi lebih besar daripada biaya hidupnya ). Dia perlu dipanggilkan dokter atau dibwa ke rumah sakit, dia perlu dibelikan obat, dan sebagainya.

Perlu diketahui dan disadari bahwa asuransi jiwa tidak mengasuransikan jiwa, sebab jiwa manusia bukan obyek asuransi. Sesuatu yang dijadikan obyek asuransi haruslah sesuatu yang bisa diukur dengan uang. Sedangkan jiwa manusia tidak bisa diukur dengan uang. Oleh karena itu, jika anda berhubungan dengan perusahaan asuransi jiwa, buang jauh-jauh pandangan bahwa anda sedang mengasuransikan jiwa anda; buang jauh-jauh, sekali lagi buang jauh-jauh perasaan bahwa anda sedang mengasuransikan jiwa anda. Bayangkan bahwa anda sedang membangun jaminan finansial bagi keluarga anda. Tanamkan di dalam benak anda, tanamkan di dalam hati dan perasaan anda bahwa anda sedang membangun kerangka finansial yang kokoh. Tanamkan pemahaman bahwa ketika anda mendaftar asuransi jiwa berarti anda sedang menyiapkan jaminan keamanan finansial pribadi, jaminan finansial keluarga, jaminan pensiun sejahtera.

C. Investment
Investasi secara mudah dapat diartikan begini: anda menyimpan sejumlah uang dengan harapan setelah jangka waktu tertentu uang anda menjadi lebih banyak.

Berarti kalau kita berbicara mengenai investasi, maka:

1. harus ada sejumlah uang yang diinvestasikan. Ini yang dinamakan modal;

2. kita harus menentukan kerangka waktu, kapan kita hendak memetik hasilnya.

3. sejak awal kita harus sudah memperhitungkan potensi hasil yang bisa kita peroleh.
Berkaitan dengan ketiga hal tersebut di atas, ada hal-hal lain yang selalu melekat dalam pembicaraan mengenai investasi, yaitu:

4. investasi selalu mengandung risiko. Biasanya semakin besar potensi hasil yang bisa diperoleh semakin besar pula risikonya. Itulah yang di dalam dunia investasi sering disebut high return - high risk.

5. supaya anda berinvestasi dengan baik maka anda harus mempunyai tujuan yang jelas.

Jika anda mengambil sebutir padi, lalu anda menanamnya di atas lumpur, maka akan tumbuh sebatang kecambah yang lama-lama menjadi semakin besar, yang dalam waktu beberapa minggu sudah beranak menjadi katakanlah tujuh pohon padi. Ketujuh pohon padi itu setelah 4 bulan menghasilkan padi yang siap dipanen. Berarti saat itu anda akan mendapatkan tujuh tangkai padi. Jika masing-masing tangkai terdiri dari 400 butir padi, berarti dalam waktu 4 bulan sebutir padi telah berubah menjadi 2800 butir padi. Sebuah investasi yang luar biasa.

Lalu ada yang bertanya, "Mengapa banyak petani yang miskin?"

Jawabannya adalah sebuah pertanyaan lagi, "Apakah dari 1000 butir padi yang ditabur akan menghasilkan seperti contoh di atas ?" Ternyata jika anda menaburkan 1000 butir padi, akan ada beberapa yang tidak tumbuh. Sementara dari yang tumbuh itu ada yang hanyut terbawa arus air sawah, ada yang dimakan tikus, dan sebagainya, sehingga yang benar-benar menghasilkan bulir padi persentasenya tidak 100%. Dan dari yang menghasilkan bulir padi juga ternyata ada yang dimakan hama sebelum masa panen tiba. Itulah yang namanya risiko.

Ada banyak instrumen investasi yang bisa anda manfaatkan untuk meningkatkan aset anda. Masing-masing tentunya dengan tingkat risiko dan potensi keuntungan yang berbeda satu sama lain. Anda bisa memilih sesuai dengan karakter anda, sesuai dengan tujuan anda, dan sesuai dengan kesiapan anda menanggung risikonya.
Pilihlah instrumen investasi secara bijak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar